Monday, March 2, 2015

[OOT] Mengidap Alergi Tingkat Menengah

Kali ini baskarapunya.blogspot.com akan out of topic dan sedikit bercerita atau curhat colongan tentang alergi yang dialami oleh admin, disini Saya akan membahas tentang alergi menurut pengetahuan Saya dan comot sana-sini, coz saya sendiri bukan seorang ahli medis atau anggotanya jadi kalau kurang tepat atau salah mohon maap yah :D hahaha...



Alergi, apakah itu? ini saya kutip dari wikipedia Indonesia, "Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut alergen. Alergi disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE", secara awam kalo mnurut saya alergi itu seperti seorang petugas keamanan, yang mana si petugas ini akan mengusir benda asing yang masuk, badan si petugas ini nggak kerempeng/kurus(kalo kurus artinya kekurangan imunitas) tapi juga nggak berotot (kalo yang ini artinya kebanyakan imun atau autoimun), biasa aja tapi protektifnya terlalu besar alias lebay hahaha, nah organ yang biasa menunjukkan tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai hipersensitifitas yang tinggi diantaranya, hidung, mata, saluran pernafasan, telinga kulit, saluran pencernaan, bisa berpindah pindah, misal saya sekarang rhinitis alergi(yang diserang hidung) bisa jadi setahun kemudian itu hilang dan berubah jadi asma atau biduran pada kulit. hal ini terjadi biasanya karena keturunan, kalo Saya emang udah jelas keturunan sih, hipersensitivitas yang saya derita dimulai dari sejak kelas 2 SMA yang udah menandakan gejala sering flu, dalam satu semester bisa sampai 4 kali, saya pikir itu adalah hal biasa aja, nah lanjut sampai kuliah, saya masih belum merasakan dampaknya hingga menjelang kelulusan perkuliahan,

saya sering pilek dan bersin, hampir setiap hari saya pilek, iya hampir setiap hari, 7 hari dalam seminggu, jadi kalau kemana-mana musti bawa hantuk buat lap ingus iyuhhh  hahaha, bahkan dulunya saya biasa aja kena asap rokok, (saya nggak benci orang ngrokok tapi ya harusnya orang itu tahu diri lah kalo ngrokok juga ada tempatnya), ada salah satu temen saya yang saya anggap sopan dia kalau ngrokok pasti cari ruang terbuka yang ga ada orang lain, semoga tu temen saya dapet jodoh orang baik Aamiinn... hehe, kembali lagi ke topik, hingga saya mesti bersin-bersin kalau cium asap rokok(tapi kayanya merk-merk tertentu aman sih) sampai jengkel saya kalau udah bersin gitu, ternyata biasanya alergi muncul saat dewasa muda, jadi kalau pas anak2 kita normal, ntar pas dewasa jadi punya hipersensitivitas, Alergi memang tidak terlalu berbahaya, tapi dapat mempengaruhi kualitas hidup, dan dapat membuat komplikasi lain seperti sinusitis, pertama saya datang ke klinik THT, dokter sudah memberi tahu kalau kmungkinan itu adalah Rhinitis Alergic, dan diberi obat, sembuh sebentar lalu kumat lagi, setelah saya searching dan saya pahami, Alergi bukan penyakit tapi emang bawaan sononya, temen saya anak farmasi bilang itu sudah anugrah Tuhan, Alergi tidak dapat dihilangkan tapi dapat kita tekan, bahkan banyak yang bisa hilang sendirinya dengan bertambahnya usia(salah satu contoh bibi saya), banyak dokter yang menyarankan untuk mencegah dan menghindari alergen, tapi kalau menurut saya justru malah dikenalkan pada tubuh kita secara perlahan, alergen adalah benda asing yang dapat memicu alergi kita muncul seperti debu, sebenarnya orang normal juga punya alergi, tapi sensitivitasnya saja yang normal, karena tak kunjung membaik saya coba lagi ke dokter THT di rumah sakit, si dokter menyarankan untuk rontgen pada tengkorak depan, dan ternyata saya ada sinusitis edmoiditis, yaitu pembengkakan pada daerah tulang di ujung-ujung mata dekat hidung, dan diberilah obat anti alergi serta dekongestan hidung, ujung-ujungnya gitu lagi kumat lagi, setelah saya cari info lebih dalam ternyata ada terapi penekanan alergi dengan imunoterapi, yaitu penyuntikan kedalam tubuh dengan alergen yang membuat kita alergi, dengan dosis rendah lalu lama-lama dinaikkan, tapi terapi ini bisa berlangsung satu sampai dua tahun, yang saya sayangkan kenapa dokter-dokter yang saya kunjungi tidak menyarankan hal tersebut, memang membutuhkan biaya dan waktu yang cukup tapi seenggaknya kita punya pilihan, saya masih penasaran dan mencoba ke slaha satu dokter, beliau memberi saya obat dengan isi ketotifen, ada sekitar 30 biji, karena tidak ada info untuk menghabiskan obat itu saya mengkonsumsi hanya 25 butir saja, tapi atas kehendak Tuhan, Alergi saya sempat membaik, bahkan lebih baik daripada setelah memeriksakan diri pada dokter sebelumnya, akhirnya saya ketemu dengan dokter spesialis penyakit dalam, sub spesialis geriatri, hal ini terjadi karena Ibuku berobat kesana dan saya iseng2 tanya tentang kondisi yang saya alami, beliau menjawab "kenapa ga dari dulu tanya saya, Insya Allah saya bisa bantu, karena saya dulu juga punya alergi dan pingin masuk ke sub spesialis alergi,
karena geriatri belum ada jadi saya ditunjuk untuk sub tersebut", terang beliau, dari keterangan "bu dokter" yang saya pahami, penekanan alergi ada dua macam cara, salah satunya dengan suntik seperti yang sudah saya jelaskan tadi, dan satunya dengan cara pemutusan alergen dengan darah, si ibu menyarankan dengan cara pemutusan dengan darah, tapi efeknya hanya dapat menekan dari dua hingga 4 tahun, syukur kalau selamanya (si ibu dokter juga bilang bahwa perkataan adalah doa, jadi berpikir positiflah kalo hipersensitif ini bisa hilang selamanya). dan caranya ternyata hanya dengan mengkonsumsi obat secara rutin selama 6 bulan, dan obatnya adalah "ketotifen", dari sini terungkaplah ternyata dokter sebelumnya juga pingin menggunakan metode ini, tapi sayang penjelasannya ga selengkap si ibu dokter ini, jadi males balik kesana lagi. seingat saya penjelasan bu dokter seperti ini, jadi si ketotifen ini akan melindungi atau menutupi atau memutus si alergen supaya tidak terdeteksi, apabila tidak ada alergi dalam waktu yang lama, zat-zat yang membuat sensitivitas dalam tubuh akan berbenturan dengan sendirinya dan menjadi lebih "jinak", sebelum melakukan ini saya memeriksa kadar IgE dalam darah, dan hasilnya adalah 550 "whattt", pada orang normal kadar IgE nya sekitar 50 dan batas ambang normalnya adalah dibawah 100, kalau normal aja 50 brarti punya saya 5 kalinya dong, pantes aja tiap kena debu dikit langsung bersin-bersin, tapi orang yang punya alergi macam saya ini punya kelebihan, kalau saya kelebihannya sudah tahu ikan yang sudah basi atau masih segar hanya dengan menciumnya saat digoreng, temen saya juga ada yang punya alergi gitu tapi dia tahu mana es yang dibuat dari air mentah atau air mateng dari meminumnya hahaha, macam film x-men aja, sudah kembali ke terapi tadi, setelah bulan ke tiga saya cek IgE total menjadi berkurang dengan nilai 250mg/Iu "Alhamdulillah", sekarang saya tinggal melanjutkan sampe pada batas ambang normal..., kalau deteksi alergi ada bermacam-macam cara, diantaranya Prick Tes, IgE RAST dan lainnya, prick tes dilakukan pas kita keadaan sehat tidak terpapar alergen dan tidak meminum obat anti histamin apapun dalam waktu 7-10 hari, jadi tesnya kulit kita akan ditusuk dengan jarum kecil dengan sebelumnya dicelupkan pada bahan-bahan alergen (biasanya 20 sampai 30 bahan alergen), kalau bentolnya besar berarti itu alergi, kalau keadaan seperti saya ini ga memungkinkan karena udah menengah tingkatannya, jadi musti IgE RAST bedanya lebih akurat dan lebih mahal tentunya, IgE RAST juga berbagai macam jenisnya, ada atopy, ada spesifik, dan ada IgE Total.

segitu saja curcolan saya kali ini, kalau ada istilah yang tidak tepat mohon maaf ya...., ingat "Tuhan menurunkan penyakit pasti juga menurunkan obatnya", tetap semangat tetap sehat...

Literary: Image From GOOGLE Image
by : baskarapunya.blogspot.com

6 komentar:

Anonymous said...

Salam kenal pak,

kebetulan anak saya kemaren baru tes igra, awalnya mau liat tb atau bukan tp ternyata dr situ ketauan kl ige anak saya tinggi banget 1791iu/ml,pdhal normal <60. Saat ini anak saya terlihat sehat cuma bb nya aja yg susah naik.. Ada sarankah harus bagaimana, atau kl mau k dokter, dokter apa.


Trimakasih

Baskara said...

Maaf terlalu lama membalas, sdr anonim, saran saya harus ke dokter spesialis anak dengan sub spesialis (biasanya ditambahai [k] di gelarnya) tumbuh kembang anak atau imunologi, pengetesan IgE pada anak itu masih labil (menurut pengalaman saya dari info dokter) pengetesan IgE pada anak dibawah 8 itu menjadi kurang valid, karena anak masih dalam tahap tumbuh kembang termasuk sistem imun... maka disarankan sdr. segera menunjungi ke dokter yang saya sarankan tersebut... jika anda di jogja saya ada beberapa referensi dokter...

Mom Vie said...

Hi pak, kondisi anak sama dengan anak saya, mau tes kenapa BB gak naik naik, curiga TB eh ternyata IGE tinggi sekali, saya berencana konsul ke dr alergi anak, bisa ke dr paru khusus anak, selamat berjuang pak

Unknown said...

Mas Baskara salam kenal, saya juga penderita alergi, mohon info ibu dokter nya praktek dimana, terimakasih

Baskara said...

MA'AF, KOMENTAR PADA ARTIKEL INI, SAYA TUTUP!!!, SILAKAN MERUJUK PADA LINK DIBAWAH INI UNTUK PERTANYAAN TERKAIT ARTIKEL INI.....

https://masbaspunya.blogspot.com/2018/11/berlabel-seorang-atopic-perang-terhadap.html

TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG

Baskara said...

https://masbaspunya.blogspot.com/2018/11/berlabel-seorang-atopic-perang-terhadap.html

Follow Me

Popular Posts